Lifestyle & Sustainability

‏إظهار الرسائل ذات التسميات sustainable living sustainable fashion upcycling paper. إظهار كافة الرسائل
‏إظهار الرسائل ذات التسميات sustainable living sustainable fashion upcycling paper. إظهار كافة الرسائل
,

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana gaya hidup berkelanjutan dapat menjadi indah seiring dengan dukungan yang kuat bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia? Di tengah gemuruh globalisasi dan masa depan yang lebih lestari, ada banyak langkah bijak dari Royal Golden Eagle yang patut diacungi jempol serta bisa menjadi inspirasi dalam berbisnis. Melalui inisiatif inspiratif sustianiability,  mereka tidak hanya mendorong keberlanjutan, tetapi juga memberdayakan UMKM di bidang Wastra Nusantara untuk meraih panggung global.  Dengan tekad yang kuat, mari kita bergandengan tangan dalam merajut amsa depan yang berkelanjutan, dimana kearifan lokal memeluk dunia secara berdampingan. 

website APR


Detail demi detail, mari kita telusuri bagaimana langkah kebijakan ini bisa menghasilkan dampak besar bagi masa depan yang lebih terang. Bagaimana Sustainable Living bersama Royal Golden Eagle dengan memberi dukungan penunh pada UMKM Wastra Nusantara untuk menguasai sustainable fashion dunia. 


A SMALL STEPS BUT BIG EFFECTS ON SUSTAINABLE LIVING WITH RGE



 Industri Fast Fashion and Wastra Indonesia


Beberapa Hari yang lalu, saat saya mencari data tentang sustainable living, tampa sengaja melihat talkshow Bank BI tentang UMKM Green sustain and go global yang fokus pada industri wastra Indonesia. Sejujurnya, talkshow itu membuat jiwa tanah air saya tersentil dan tersentuh, bagaimana tidak tersentuh karena orang luar negeri begitu menghargai wastra Indonesia, sedangkan saya masih beranggapan wastra Indonesia seperti kain "penting" yang di simpan di lemari untuk dipakai saat acara-acara penting saja seperti acara kenegaraan atau pesta pernikahan. Talkshow itu membuka wawasan saya terhadap Wastra Indonesia yang ternyata tidak hanya sekedar kain yang di dalam lemari namun mereka sangat luar biasa, bisa dibanggakan , dipakai setiap hari, diwariskan, bisa di ekspor dan terutama bisa sustainable fashion. 


Salah satu prinsip sustainable living saya adalah menggunakan produk ramah lingkungan dan melakukan 3R di rumah. Saya berusaha untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan di setiap lini kehidupan saya, termasuk dalam urusan fashion. Saat saya tahu bahwa apa yang kita beli akan dipertanggungjawabkan terhadap Tuhan, termasuk beli baju dan jarang dipakai , itu juga akan dihisab, saat itulah saya benar-benar menahan diri untuk tidak terlalu sering beli baju karena banyak baju saya yang belum saya pakai.  



Belakangan ini, saya juga baru tahu ternyata limbah industri fashion itu merupakan salah satu limbah terbesar dan memberi andil terhadap perubahan iklim global, dan semakin membuat saya berpikir ulang 9x dalam  membeli baju  kecuali saya sudah tidak punya baju lagi.


Perempuan selalu identik dengan fashion, yang  bukan hanya sekadar pakaian, tapi telah menjadi cerminan keunikan dan ekspresi diri bagi setiap perempuan. Dari zaman dahulu hingga saat ini, tren fashion terus berubah seiring evolusi budaya dan tuntutan zaman. Dalam era modern ini, perempuan memiliki kebebasan tak terbatas untuk menjadikan fashion sebagai cara untuk mengartikan kepribadian, aspirasi, dan pernyataan diri. Dari busana sehari-hari hingga busana pesta yang memukau, perempuan telah menunjukkan bagaimana fashion bukan hanya sekadar materi, melainkan seni yang hidup dan bernafas bersama mereka. Termasuk saya, sebagai perempuan selalu tak bisa lepas dari fashion. 


Masalahnya adalah beberapa tahun belakangan ini, saya sudah mulai menerapkan sustainable living dalam hidup saya, berusaha untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar saya agar bisa tetap terjaga dan menjadi warisan terbaik untuk generasi kedepan. Ketika membeli suatu fashion, hal pertama yang saya crosscek adalah apakah produknya ramah lingkungan, dan tidak menggunakan sample hewan, walaupun harganya lebih tinggi dari harga produk biasa, tapi saya tenang dalam memakainya, termasuk dalam membeli baju harus memikirkan dampak lingkungannya, apakah akan saya pakai, atau menuhi lemari saya saja.  


Style saya terhadap fashion lebih condong khas budaya Indonesia yaitu wastra Indonesia seperti kain batik, kain songket, kain ulos dan kain-kain traditional Indonesia. Dari kecil, saya diajarkan bahwa kain songket adalah kain yang penting, wajib ada dalam lemari pakaian dan hanya dipakai saat acara-acara penting seperti wisuda, pernikahan atau acara resmi kenegaraan. Saya ingat, ketika tamat SMA, saya pernah buat baju dari kain songket almh mama saya yang ada di dalam lemari, alhasil saya diomelin sampai saya tamat kuliah, malah sampai usia saya lebih 30 pun tetap kesalahan itu diingat-ingat. Ketika wisuda Sarjana pun saya terpaksa pakai baju yang saya buat itu, emang harus dimodifikasi lagi secara badan saya sedikit berbeda saat SMA. :P


Betapa pentingnya kain songket buat keluarga saya, setiap anak gadis ada kain songket khusus buat mereka ketika menikah nanti atau acara-acara penting lainnya, yang disimpan di lemari dengan menggunakan kapur barus, kalau mau dipakai, harus di cuci tangan untuk menghilangkan bau kapur barus nya. Kalau dipikir-pikir proses mencucinya pun sudah menggunakan air dan sabun yang banyak, yang notabene bisa membuat kain rusak, dan tak bisa dipakai lama. 


Ketika sudah mulai pelan-pelan menerapkan sustainable living, saya mulai sedikit pilih-pilih dalam membeli baju, terutama baju yang ada etnik budaya Indonesia yang ramah lingkungan. Adapun batik kadang dibuat dengan proses yang kurang mempedulikan lingkungan nya. Saya lebih suka beli baju yang mahal tapi awet daripada saya beli baju yang harganya murah dan banyak namun tidak awet. 


Baju yang sudah tidak layak pakai, biasanya dipakai jadi kain lap, trus lama-kelamaan itu di buat dan menjadi limbah yang sangat sulit terurai. Jika kita terlalu sering beli baju demi trend,  baru 4 atau 5 x pakai lalu sobek dan di jadikan kain lap trus di buang, lama kelamaan akan menjadi gunung sampah yang mungkin butuh berabad-abad untuk diurai, dan ini lah yang menjadi penyebab kenaikkan suhu global dan mengakibatkan anomali cuaca, ujung-ujungnya yang sengsara itu manusia juga. 


Dikarenakan kita yang fashionable ini suka beli baju, wajar para industri fashion pun mempercepat semua proses pembuatan baju agar bisa memenuhi permintaan pasar sehingga tidak memperhitungkan lingkungan sekitarnya. Hadirlah "fast fashion" untuk memenuhi permintaan pasar yang cepat namun juga dengan cepat memberikan dampak kenaikkan suhu global.  


Industri fast fashion atau fashion fast adalah suatu model bisnis dalan industri pakaian yang  memiliki banyak model fashion yang diproduksi cepat, trend yang selalu berubah, dan harga yang terjangkau untuk menjawab trend mode terbaru dengan segera. Tujuannya adalah untuk menyediakan pilihan pakaian yang mengikuti tren terbaru dengan harga terjangkau kepada konsumen.


Karakteristik utama dari industri fashion fast meliputi:

1. Mengikuti Perubahan Tren Cepat
Pakaian yang dirilis diikuti tren terbaru, musim, atau gaya mode tertentu. Ini sering kali mengakibatkan perubahan yang cepat dalam gaya dan desain pakaian. Selain itu, distribusi pakaian dari tempat produksi ke konsumen akhir melibatkan transportasi yang memerlukan bahan bakar fosil. Hal ini juga berkontribusi juga pada emisi gas rumah kaca


2. Produksi Massal
Pakaian diproduksi dalam jumlah besar untuk menjaga biaya produksi tetap rendah. Ini sering dilakukan dengan bekerja sama dengan pemasok dan produsen di berbagai negara.


3. Harga  yang Terjangkau
Produk fast fashion biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan merek fashion mewah atau desainer untuk mengejar mode terbaru saat ini. 


4. Rotasi Barang yang Cepat
Produk baru terus muncul di rak toko dalam waktu yang relatif singkat, mendorong konsumen untuk selalu mencari pakaian baru. Selain itu karena harga terjangkau, jadi konsumen bisa sering membeli sesuai mode yang ada.


5. Dampak Lingkungan
Model bisnis ini paling sering dikritik karena menghasilkan banyak limbah tekstil, mengandalkan bahan-bahan yang cepat membuat baju usang, dan memiliki dampak lingkungan yang negatif dengan pengguanan bahan-bahan yang kurang bagus. 


6. Kondisi Kerja
Produksi cepat sering mengarah pada tekanan yang lebih besar pada pekerja pabrik dan kondisi kerja yang buruk, terutama di negara-negara dengan regulasi yang lemah. Selain itu, tidak adanya keselamatan kerja bagi pekerja di Industri fashion fast ini, dan juga banyak mengguanakan anak-anak di bawah umur sebagai pekerja mereka karena upah yang bisa ditekan. 


7. Kontroversi Etika
Beberapa merek fast fashion telah dihadapkan pada isu-isu etika terkait dengan hak pekerja, hak cipta, dan praktik perdagangan yang adil.

Industri fast fashion ini terlihat berkembang dan menjanjikan karena perputaran barangnya cepat, namum sadarkah kita ternyata Industri fast fashion ini juga ikut andil dalam perubahan iklim saat ini. 


Ya, industri fashion memiliki andil dalam perubahan iklim dan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Beberapa dampaknya antara lain:

1. Emisi Gas Rumah Kaca
Proses produksi tekstil dan pakaian, termasuk pembuatan bahan, pewarnaan, dan pengolahan, menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana. Emisi ini berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.


2. Penggunaan Sumber Daya
Produksi pakaian membutuhkan banyak sumber daya alam seperti air, bahan baku serat, dan energi. Penggunaan berlebihan sumber daya ini dapat mengganggu ekosistem dan menyebabkan kelangkaan sumber daya. Selain itu, sebagian industri fast fashion juga banyak menggunakan kulit hewan-hewan sebagai salah satu bahan untukl produk-produk fashon mereka seperti jaket kulit, sepatu, tas, dan aksesori lainnya. Penggunaan kulit hewan dalam industri fashion, terutama jika tidak diatur dengan baik, dapat memiliki dampak negatif pada populasi hewan dan lingkungan.


3. Limbah Tekstil
Industri fashion juga menghasilkan limbah tekstil yang besar, baik dalam bentuk potongan kain yang tidak terpakai maupun pakaian yang tidak lagi digunakan. Limbah ini seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar, menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pakaian yang dibuang ini sering berakhir di tempat pembuangan sampah, menyebabkan masalah limbah dan kesulitan dalam penguraian bahan tekstil yang umumnya tidak mudah terurai


4. Polusi Air dan Air Limbah Produksi.
Proses pewarnaan dan pengolahan tekstil menggunakan bahan kimia yang dapat mencemari air. Air limbah dari pabrik-pabrik produksi juga dapat mengandung bahan berbahaya dan berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Banyak dari bahan berbahaya ini berakhir mencemari air tanah dan sungai, merugikan ekosistem air dan makhluk hidup di dalamnya.


5. Kehidupan Laut
Bahan sintetis seperti polyester melepaskan serat mikroplastik ke lingkungan saat dicuci. Serat ini dapat mencemari perairan dan berdampak negatif pada kehidupan laut. Polyester merupakan bahan baku yang berasal dari fosil. 


6. Kondisi Sosial
Di sepanjang rantai pasokan fashion, terutama di pabrik-pabrik di negara-negara berkembang, sering terdapat kondisi kerja yang buruk dan upah rendah. Hal ini dapat merugikan pekerja dan komunitas setempat.

Seperti yang kita ketahui, Industri fast fashion juga menghasilkan limbah yang tidak sedikit baik itu berupa fisik atau non fisik seperti :

1. Limbah Tekstil dengan bahan kimia yang berbahaya
2. Pembuangan pakaian yang tidak terjual karena sudah tidak sesuai trend fesyen atau tak layak pakai karena menggunakan bahan yang mudah rusak.
3. Pembuangan plastik yang sekali pakai, karena menggunakan packaging yang tidak ramah lingkungan 
4. penggunaan air dan energi yang berlebihan 

Dampak industri fast fashion inilah menjadi salah satu faktor  menyebabkan perubahan iklim yang kian hari kian mengkhawatirkan. Saat ini saja, banyak terjadi anomali cuaca dan menyebabkan bencana, badai tropis, musim kemarau yang tidak terprediksikan sehingga hutan mudah terbakar, udara dan air tanah banyak yang tercemar. Jika tidak diatasi, lama kelamaan membuat bumi kita akan kehilangan oksigen serta makhluk hidup pelan-pelan mulai punah. Saya tidak mau itu terjadi, kasian anak cucu saya nantinya, mereka tidak bisa menghirup udara segar, memandang indahnya bumi atau sekedar berteduh di bawah pohon dari terik matahari. 


Sudah saatnya kita, sebagai konsumen untuk membeli pakaian yang terbuat dari bahan baku dan diproses secara ramah lingkungan sehingga mendorong industri fashion untuk bergerak menuju praktik yang lebih berkelanjutan, seperti produksi berbasis sirkular, penggunaan bahan ramah lingkungan, dan perlindungan hak-hak pekerja. Konsumen juga memiliki peran penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim dari industri fashion dengan memilih produk yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan ekologis serta mengurangi pembelian impulsif dan limbah tekstil.


Industri Wastra dan Sustainable Fashion 

website APR


Indonesia kaya dengan keanekaragaman budaya termasuk dalam dunia mode yang unik, menarik, dan penuh keindahan keterampilan lokal warisan leluhur, yang disebut sebagai Wastra Nusantra. "Wastra" adalah 
segala bentuk tekstil atau kain yang dibuat dengan berbagai teknik tenun, anyaman, atau rajut. Istilah ini mencakup berbagai jenis kain, seperti kain tradisional, sarung, kain batik, kain songket, kain ulos, dan masih banyak lagi. Wastra sering kali memiliki makna budaya dan sejarah yang mendalam dalam masyarakat, serta dapat mencerminkan kekayaan dan keindahan warisan lokal dalam bentuk seni dan keterampilan tradisional.


Wastra Indonesia merupakan salah satu warisan berupa kerajinan yang secara turun menurun telah mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. 


Dalam konteks yang lebih luas, wastra juga dapat mengacu pada seluruh dunia tekstil, termasuk pakaian, kain dekoratif, serta karya seni yang melibatkan bahan-bahan seperti benang, serat alami atau sintetis, dan teknik pembuatan yang khas.


Wastra bukan hanya sekadar bahan atau kain, tetapi juga memuat nilai-nilai sosial, budaya, dan estetika yang terkait dengan daerah asalnya. Karena itu, wastra sering dianggap sebagai bagian penting dari warisan budaya suatu masyarakat.


Saat acara talkshow Bank BI kemarin, saya sadar ternyata wastra Indonesai bisa go global dan sustainable fashion, malah batik yang karean pembuatannya masih menggunakan pewarna kimia bisa di buat dengan menggunakan pewarna alami dan bisa di ekspor. Saya jadi kepikiran, apakah bisa kain batik di Pulau Sumatera go global? 


Dua hari kemarin, saya ikut pelatihan oleh Kemenkop tentang Pelaksanaan Ekspor 2023, saya sempat bertanya bisakah wastra Indonesia terutama batik dari Pulau Sumatera untuk di Ekspor? ternyata bisa dengan salah satu syaratnya harus sustanaible, dan menjadi bagian sustainable fashion. Industri Wastra yang sustainable fashion  sempat menjadi wacana diskusi antara peserta dan narasumber karena kebanyakan UMKM industri wastra masih belum sustainable fashion. 


Padahal wastra Indonesia memiliki potensi yang besar untuk go global atau menjadi dikenal di pasar internasional. Wastra Indonesia memiliki keunikan dan keindahan tersendiri yang diilhami oleh beragam budaya, tradisi, serta kearifan lokal. Beberapa faktor yang dapat mendukung wastra Indonesia untuk go global adalah:

1. Keragaman Budaya Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan keberagaman budaya, suku, dan etnis yang kaya. Setiap daerah memiliki ciri khas wastra tradisional yang unik, seperti batik, ikat, tenun, songket, dan lain-lain. Keberagaman ini dapat menjadi daya tarik bagi pasar internasional yang mencari produk-produk dengan nilai budaya dan keaslian. Pulau Sumater saja memiliki banyak jenis batik yang unik seperti Batik Basurek dari Propinsi Bengkulu, Batik Keluak Daun Paku dari Sumatera Barat, Batik motif Rencong dari Aceh, dan Batik Siak dari Riau.


2. Desain Kreatif para pengrajin dan desainer Indonesia terus mengembangkan desain baru yang menggabungkan elemen tradisional dengan tren modern. Ini menciptakan produk wastra yang sesuai dengan selera global, menghasilkan kombinasi antara warisan budaya dan mode kontemporer.


3. Kualitas Bahan dan Kerajinan Tangan wastra Indonesia dibuat dengan menggunakan bahan alami seperti katun, sutra, atau serat tumbuhan, serta diolah dengan keterampilan dan kerajinan tangan yang tinggi. Kualitas ini dapat membedakan produk wastra Indonesia dari produk masal yang diproduksi dengan cepat. Malah Batik dari Siak sudah menggunakan bahan yang ramah lingkungan selain pewarna alami. 


4. Pemberdayaan Lokal yang mendukung industri wastra Indonesia dapat membantu pemberdayaan masyarakat lokal, terutama di daerah-daerah pedesaan. Ini dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal dan pelestarian tradisi serta keterampilan tradisional. Pemberdayaan lokal UMKM Industri Wastra bisa kalaboraksi CSR perusahan swasta, pemerintah dan komunitas.  


5. Gerakan Berkelanjutan dan Ethical Fashion. Semakin banyak konsumen internasional yang mencari produk berkelanjutan dan etis, termasuk dalam dunia fashion. Wastra Indonesia, dengan pendekatan produksi yang seringkali ramah lingkungan dan keterlibatan masyarakat lokal, dapat mendapatkan perhatian dari pasar yang semakin peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan.


6. Pendidikan dan Pelatihan yang harus ditingkatkan dalam  keterampilan pengrajin, desainer, dan pelaku industri terkait lainnya melalui pendidikan dan pelatihan akan membantu meningkatkan kualitas dan kreativitas produk.


7. Mengadopsi teknologi modern yang ramah lingkungan dalam produksi, pemasaran, dan distribusi dapat membantu memperluas jangkauan produk ke pasar internasional.


Namun, untuk sukses go global, wastra Indonesia perlu mengatasi tantangan seperti meningkatkan  standar kualitas, distribusi yang ramah lingkungan, pemasaran, serta pemahaman akan selera dan tren global tampa harus mengorbankan lingkungan  Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, desainer, pengusaha, dan komunitas lokal juga sangat penting dalam mendukung perkembangan wastra Indonesia di pasar internasional. 



Industri wastra berkelanjutan  atau sustainable fashion memiliki banyak manfaat positif, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari industri wastra berkelanjutan:


Pengurangan Dampak Lingkungan
Industri wastra berkelanjutan berfokus pada penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, proses produksi yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan air, serta pengurangan limbah. Hal ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam, dan polusi lingkungan yang dihasilkan oleh industri fashion konvensional.


Pemberdayaan Ekonomi Lokal 
Produksi wastra berkelanjutan sering kali melibatkan komunitas lokal, terutama UMKM dan pengrajin tradisional. Ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan pemberdayaan ekonomi lokal, serta mendukung pelestarian warisan budaya.

Penyediaan Pekerjaan yang Layak
Industri wastra berkelanjutan cenderung mengedepankan kondisi kerja yang adil dan aman bagi pekerja. Hal ini melibatkan penghormatan terhadap hak buruh, pembayaran upah yang layak, dan lingkungan kerja yang sehat.


Pelestarian Budaya
Industri wastra berkelanjutan dapat mendukung pelestarian seni dan tradisi tenun serta motif lokal. Ini membantu melestarikan warisan budaya dan menghormati kearifan lokal.


Kreativitas dan Inovasi
Fokus pada praktik berkelanjutan mendorong inovasi dalam desain, produksi, dan material. Pengembangan bahan ramah lingkungan dan pendekatan desain yang inovatif dapat menghasilkan produk-produk yang unik dan menarik.


Kesadaran Konsumen
Industri wastra berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kesadaran konsumen tentang dampak fashion terhadap lingkungan dan masyarakat. Ini mendorong pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab.


Pengurangan Limbah Tekstil
Prinsip-prinsip berkelanjutan seperti mendaur ulang dan memperpanjang masa pakai pakaian dapat membantu mengurangi jumlah limbah tekstil yang dibuang ke tempat pembuangan sampah.


Kolaborasi Global 
Industri wastra berkelanjutan sering menginspirasi kerja sama lintas negara dan kolaborasi global untuk mencari solusi atas masalah lingkungan dan sosial yang dihadapi industri fashion.


Pengembangan Produk Inovatif
Fokus pada bahan ramah lingkungan dan proses produksi yang lebih baik dapat mendorong pengembangan produk yang inovatif dan lebih berkelanjutan, seperti pakaian ramah lingkungan dan teknologi tekstil baru.


Mudah untuk mendapatkan Pendanaan dan Investor 
UMKM industri wastra yang sustainable akan lebih mudah mendapatkan investor, modal tambahan atau mitra untuk pengembangan bisnis mereka. Seperti APR yang membantu UMKM Siak dalam pengembangan batik Seruni, Siak yang sudah menggunakan bahan sustainable fashion.

Industri wastra berkelanjutan memiliki potensi untuk menciptakan dampak positif yang luas, baik bagi lingkungan, masyarakat, maupun ekonomi secara keseluruhan.


Ciri-Ciri Industri Wastra yang Sustanaible Fashion

1. Menggunakan Bahan Berkelanjutan
Memilih bahan baku yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah salah satu elemen kunci dalam sustainable fashion. Ini dapat mencakup penggunaan serat organik (seperti kapas organik, rami, dan wol organik), serat daur ulang, serta bahan alternatif seperti  Rayon Viscosa yang terbuat dari kayu selulosa, serat alami yang sama sekali tidak mengandung plastik dan mudah terurai. Menggunakan bahan baku yang bekelanjutan yang bahan baku itu juga diproses secara sustainable. Dari awal mula sudah sustainable sampai ke tangan konsumen pun akan tetap sustainable, itu akan mengurangi limbah Industri.


2. Pengurangan Limbah
Industri berkelanjutan berusaha untuk mengurangi limbah produksi. Ini termasuk menghindari limbah bahan mentah, mendaur ulang limbah produksi, dan merancang produk agar menghasilkan sedikit sampah mungkin selama produksi dan penggunaan. Seperti menggunakan energi alternatif dalam produksi. 


3. Penggunaan Energi dan Air
Produsen berkelanjutan berusaha untuk mengurangi konsumsi energi dan air selama semua tahap produksi. Menggunakan energi terbarukan dan teknologi hemat energi, serta mengelola limbah cair dengan baik, adalah aspek penting dalam mencapai tujuan ini.


4. Kondisi Kerja yang Adil
Aspek sosial juga penting dalam sustainable fashion. Ini mencakup memberikan kondisi kerja yang adil bagi pekerja, membayar upah yang layak, serta menghindari eksploitasi dan pekerja anak.


5. Pengurangan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya
Industri berkelanjutan berusaha untuk membatasi penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi dan pewarnaan. Memilih pewarnaan yang ramah lingkungan dan metode produksi yang lebih aman adalah bagian dari pendekatan ini.


6. Pengurangan Konsumsi Air dan Pewarnaan Berkelanjutan
Pewarnaan tekstil tradisional dapat menghasilkan polusi air yang signifikan. Industri berkelanjutan berusaha untuk mengadopsi metode pewarnaan yang lebih ramah lingkungan, seperti pewarnaan air yang lebih efisien dan penggunaan teknik pewarnaan alami.


7. Desain Berkelanjutan
Merancang produk dengan masa pakai yang lebih panjang dan fungsionalitas yang lebih baik adalah prinsip berkelanjutan. Ini dapat mencakup desain yang modular atau dapat diubah, memungkinkan produk untuk di-repurpose, serta menggunakan gaya yang abadi untuk menghindari tren cepat usang.


8. Transparansi dan Edukasi Konsumen
Industri berkelanjutan menekankan pada transparansi dalam rantai pasok dan memberikan informasi kepada konsumen tentang bahan, proses produksi, dan dampak lingkungan dari produk mereka. Edukasi konsumen mengenai pentingnya berbelanja secara berkelanjutan juga menjadi fokus.


9. Daur Ulang dan Pemulihan Produk
Industri berkelanjutan mendorong praktik daur ulang dan pemulihan produk, seperti program pengumpulan dan daur ulang pakaian yang sudah tidak terpakai.

10. Inovasi Teknologi dan Material
Terus mencari solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan adalah salah satu ciri utama industri wastra berkelanjutan. Ini melibatkan pengembangan teknologi baru, material alternatif, dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.


Seperti yang kita ketahui di atas, salah satu hal penting dalam Industri Wastra yang sustainable fashion adalah menggunakan bahan baku yang berkelanjutan, dimana bahan baku yang mudah terurai, ramah lingkungan dan yang paling utama adalah dari awal proses pembuatan bahan baku itu hingga sampai ke UMKM industri wastra  harus sudah menganut prinsip Sustainable. 


APR, Sustainable Fashion, & Industri Wastra


Dibawah ini ada beberapa nama jenis kain yang bisa digunakan dalam  sustianable fashion : 
1. Serat Organik seperti kapas organik dan rami
2. Serat Daur Ulang
3.Rayon Viskosa APR dari serat selulosa yang diproduksi secara sustainable
4. Tencel  
5. Wol Organik
6. Serat Alami
7. linen
8. Hemp yang terbuat dari tumbuhan Cannabis.
9. Silk atau Sutera

namun, tidak semua jenis kain yang sustainable fashion bisa digunakan dalam industri wastra karena Wastra terutama batik proses produksinya sangat rumit, membutuhkan keterampilan dan perhatian terhadap detail. Industri Wastra memerlukan kerja keras dan ketelitian pada setiap proses produksinya untuk memastikan terciptanya kain-kain tradistional Indonesia yang indah dan mempunyai nilai yang tinggi. Selain itu, Proses dalam pembuatan wastra sangat jarang menggunakan mesin, biasanya seniman wastra Indonesia melakukan secara manual untuk memberikan sentuhan seni, keuniikan, ciri khas tertentu yang tidak dapat ditiru, dan menjadi warisan budaya Indonesia.


Salah satu bahan kain yang bisa dan sangat rekomendasi digunakan dalam industri wastra adalah Rayon Viscose yang di produksi oleh Asia Pacific Rayon (APR).


Asia Pacific Rayon adalah produsen viskosa pertama yang terintegrasi di Asia dari perkebunan hingga serat Viscose. Pabrik APR berkapasitas 300.000 ton yang terletak di Pangkalan Kerinci dengan Asia Pacific Resources Internasional Limited (APRIL). 


APR menghasilakan rayon viskosa yang mudah terurai dan sangat rekomendasi digunakan dalam produk tekstil, karena dari proses awal mula tanam sampai produksi dan distribusi menggunakan konsep sustainability. 


Serat Viskose rayon dari kebun pembibitan yang ditanam, lalu diteruskan untuk pembuatan bahan baku kayu yang kemudian diproses menjadi bahan pakaian yang dijual ke pelanggan. 


APR adalah salah satu perusahan yang dikelola oleh RGE. yang didirikan oleh Sukanto Tanoto pada tahun 1973. 

RGE mengelolah  sekelompok perusahaan manufaktur global berbasis sumber daya alam dengan fokus pada pengembangan sumber daya, pemanenan yang berkelanjutan, hingga pengelolahan produk yang bernilai tinggi, berkualitas dan ramah lingkungan. 

Visi perusahaan RGE adalah menjadi salah satu Perusahan berbasis sumber daya alam berkelanjutan terbesar dan terbaik, senantiasa menciptakan manfaat untuk masyarakat, negara, iklim, pelanggan, dan perusahaan."

 

Visi APR 
Untuk menjadi produsen rayon viskosa yang bertanggung jawab dan efisien berkelas dunia , menciptakan nilai bagi Masayarakat, Negara, Iklim, Pelanggan, dan Perusahaan 



RGE adalah perusahan yang berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan terbesar dan terbaik sehinggan APR yang berada dalam perusahan RGE pun memiliki komitmen APR 2030 untuk mencapai dampak terukur dan positif terhadap iklim, masyarakat, dan manusia. 
website APR



APR menegedepankan produksi serat Viskosa bersih yang menggunakan bubur kayu berbahan alami terbarukan dengan sertifikasi sustainable, sehinnga fesyen berkelanjutan pun bisa diakses oleh konsumen dimana pun terutama untuk industri wastra. Serat viskose telah diproduksi oleh APR secara terintegrasi dan berkelanjutan, hal itu dibuktikan banyaknya sertifikasi yang didapat APR dan pemasoknya APRIL GROUP baik sertifikasi secara nasional dan internasional.

 

"Selain itu serat viskose juga sudah di ekspor ke berbagai negara, hal ini bisa mempermudahkan industri wastra untuk mengekspor produk mereka karena bahan baku yang mereka pakai sudah tersertifikasi ASAL MENGGUNAKAN BAHAN SERAT VISKOSE ASIA PACIFIC RAYON (APR) "

APR memproduksi viskose rayon yang memang sangat cocok sekali untuk dipakai ke modest fashion dalam sustainable fashion. Produksi APR dibuat dengan berkualitas baik hingga bisa bertahan lama, nyaman dipakai, dan fashionable sehingga konsumen tidak perlu sering membeli. 


Sertifikasi yang sudah di dapat oleh APR adalah 




Sertifikasi diatas membuktikan bahwa APR memahami keberlanjutan tidak akan bisa berjalan tanpa transparansi tentang keberlanjutan itu sendiri secara terbuka. Keberlanjutan dan transparansi diperlukan untuk perbaikkan teru-menerus dalam proses manufaktur yang bertanggung jawab.  APR 2030 adalah komitmen APR untuk menjadi produsen rayon viskosa terkemuka yang bertanggung jawab dan mendukung penuh sustainable fashion agar bumi bisa bernafas lebih baik lagi di masa mendatang. 


APR MITRA STRATEGIS BAGI INDUSTRI WASTRA GO GREEN & GO GLOBAL.


Saat ini dunia sedang fokus untuk mengatasi perubahan iklim yang tidak biasa dengan gencar mempromosikan untuk sustainable living, termasuk sustainable fashion. Banyak konsumen luar yang mencari produk yang sustainable, malah ada beberapa negara Eropa dan Asia sudah memperlakukan produk yang sustainable dan memilki sertifikasi sustainable. 


Para pelaku industri wastra harus melihat peluang ini untuk memperkenalkan produk-produk mereka ke luar negeri, membumikan Wastra Nusantara di dunia, salah satunya menggunakan produk APR sebagai bahan baku yang sustainable. Untuk produk, sudah ada APR dengan sertifikasinya, tinggal fokus untuk  produksi secara sustainable, dan untuk packaging ada APRIL GROUP yang menyediakan packaging kertas yang sustainable dan bisa upcycle paper. Peluang ekspor Industri Wastra itu sangat besar sekali apalagi kalau bahan yang dibuat dari awal proses sudah sustainaible dan dipackaging secara sustainable, dan jadilah Wastra Indonesia yang sustainable fashion adalah kunci Indonesia memenagkan pasar fesyen dunia terutama fesyen muslim dunia. 


Ada beberapa designer terkenal Indonesia dan UMKM industri wastra  yang sudah berkalaborasi bersama APR yaitu :


 "Sustainable fashion adalah kami. APR, ecoprint. Karena dengan ecoprint sendiri sudah eco friendly dan pastinya sustainable fashion. Dari kain yang kami gunakan yaitu kain dari serat kayu eukaliptus produksi dari APR. Proses yang kami lakukan pun sangat peduli terhadap lingkungan karena bisa dikatakan tanpa limbah, tanpa sampah.” Inen Kurnia dari Inen Signature

“Koleksi kami kali ini mengusung judul ‘Tanjung’. Tanjung itu adalah kembang tanjung alias truntum. Truntum itu adalah motif klasik yang berasal dari Tanah Jawa. Kali ini spesial dari dukungan APR yang memiliki kain denim yang sangat sustainable bagi kami karena berasal dari bahan viscos. Kami mentransformasi wastra kali ini. Biasanya wastra ada di bahan katun atau viscose lainnya. Tapi, kami baru pertama kali mencoba dan berhasil membuat dan mentransformasi wastra di atas kain denim,” Yuliana Fitri dari Aruna Creative 
 
“Cocok sekali, selaras dengan sustainable fashion. Perajin itu selalu membatik batik tulis. Jadi, batik yang sesungguhnya bukan tekstil bermotif batik tapi benar-benar diproduksi dengan tradisional, bahan viskosa dari APR sangat nyaman dipakai dan cocok dikombinasikan dengan batik Mega Mendung sendiri yang filosofinya  itu menyejukkan ” jelas Selly Giovani dari BT Batik Trusmi.
photo: Highlid.id


“Untuk ibu-ibu menyusui membutuhkan bahan dengan kualitas paling nyaman. Viscose rayon dari APR ini cocok sekali dengan koleksi kita. Kita mau memenuhi kebutuhan wanita menyusui di Indonesia untuk berpenampilan yang ready-to-go tapi tetap terlihat elegan, anggun, tapi tidak meninggalkan rasa nyaman. Karena wanita menyusui itu aktivitasnya akan lebih ekstra,” Fanny Octaviani dari Gamaleea



Biasanya batik RBA dibeli pelanggan untuk dipakai sebagai seragam kerja atau baju pesta di daerah, namun kerjasama APR membuat kain batik kami tampil jauh lebih bernilai dalam fashion,” Ade Irmawani, Koordinator RBA (Rumah Batik Andalan) Riau

Hal diatas membuktikan bahwa Asia Pacific Rayon (APR) telah menjadi mitra penting dalam mendukung upaya industri fashion untuk bergerak menuju praktik yang lebih berkelanjutan dari segi lingkungan (go green) dan ekspansi internasional (go global).


APR telah mengembangkan jaringan dan strategi ekspansi ke pasar internasional. Ini berarti produk-produk berkelanjutan yang menggunakan serat viscose dari APR dapat diakses dan dijual di berbagai negara, memperluas dampak dan jangkauan dari upaya berkelanjutan.


1. **Penyediaan Bahan Berkelanjutan**: APR dapat menyediakan serat viscose yang dihasilkan dengan metode yang lebih berkelanjutan. Ini memungkinkan merek fashion untuk menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dalam produksi mereka.

2. **Kolaborasi dalam Inovasi**: APR dan merek-merek fashion dapat bekerja sama dalam mengembangkan teknologi dan material inovatif yang lebih ramah lingkungan. Kolaborasi semacam ini dapat menghasilkan produk dengan dampak lingkungan yang lebih rendah.

3. **Memenuhi Permintaan Konsumen**: Konsumen semakin mencari produk berkelanjutan. Merek fashion yang bermitra dengan APR dapat memenuhi permintaan konsumen untuk produk yang lebih ramah lingkungan.

4. **Transparansi dan Sertifikasi**: APR dapat membantu merek fashion dalam memperkuat transparansi rantai pasok mereka dengan memberikan informasi yang jelas tentang bahan baku mereka. APR juga dapat memiliki sertifikasi atau label berkelanjutan yang dapat memberikan keyakinan kepada konsumen.

5. **Pemasaran Berkelanjutan**: Kerja sama dengan APR dapat membantu merek fashion membangun citra berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran tentang komitmen mereka terhadap lingkungan. Hal ini dapat menjadi bagian dari strategi pemasaran mereka.



So, apalagi yang harus kita tunggu, saatnya Industri wastra go global dan Sustainable Fashion bersama APR, sehingga menguasai fashion dunia, dan saya pun bisa menerapkan sustainable fashion dalam konsep sustainable living saya. Yuk SUSTAINABLE LIVING BERSMA RGE. 









-------------------------------------------------------------------------------------
Sumber bacaan :

https://www.sateri.com/about-royal-golden-eagle-rge/
https://www.aprayon.com/en/media-english/articles/why-viscose-fabric-is-the-future-of-the-fashion-industry/
https://www.aprayon.com/en/media-english/articles/what-is-sustainable-fashion/

https://highlight.id/desainer-gunakan-bahan-ramah-lingkungan-asiaa-pacific-rayon-apr-di-muslim-fashion-festival-muffest/














Sustainable Living