Lifestyle & Sustainability

Mudik lebaran ke Kampung Halaman, Kabupaten Tanah Datar, Authentic Minangkabau

Tahun ini, 2019, kita mau lebaran di kampung halaman tercinta, di tanah kelahiran saya, sumatera Barat. Persisnya di Nagari Rao-Rao, kecamatan Sungai Tarab, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Semua persiapan mudik pun sudah di persiapkan secara lama, dan bismillah memasuki awal bulan puasa, suasana balik kampung pun sudah mulai terasa di rumah. Maklum sudah lama tak balik kampung ke Nagari Rao-Rao. Dan baru kali ini saya lebaran di kampung halaman.

Oh ya, nama kampung saya adalah Nagari Rao-Rao, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tanah Datar termasuk Luhak Nan Tigo. Luhak (wilayah darek) adalah daerah asli nenek moyang orang Minang. Luhak nan Tigo terdiri dari 3 Luhak 

1. Luhak Tanah Data atau Tanah Datar ( Luhak Nan Tuo) "Buminyo Lembang, aianyo tawa, ikannya banyak". Warna bendera nya kuning. ibukota kabupatennya adalah Batusangkar. 

Kampung saya masuk daerah Luhak Tanah Datar, daerahnya cantik, air nya tawar dan jernih, ikannya banyak. terletak dekat 
 dengan gunung Merapi. Dan pusat kerajaan Minangkabau dulu ada di daerah Batusangkar, Istana Pagaruyuang, atau sekarang dikenal dng Istana Baso Pagaruyuang.

2. Luhak Agam, Luhak Nan Tangah.
"buminya Angek, airnya karuah, ikannyo lia"
Warna bendera adatnya merah. Bukittinggi, daerah destinasi wisata yang kalau musim libur terutama lebaran padat merayap termasuk daerah Luhak Agam. Gunung Marapi berada di daerah Agam.

3. Luhak Limapuluah, Luhak Nan Bungsu
Warna benderanya hitam.
Kalau teman-teman pergi ke pesta nikahan orang Minangkabau, suka lihat ada kain 3 warna (Marawa) ;  kuning, merah dan hitam, nah itulah bendera adat Minangkabau, yang berasal dari tiga Luhak, ikatan yang tak pernah terpisahkan dan tetap satu dalam adat Minangkabau. Bendera Marawa sudah ada sejak kerajaan Pagaruyuang dan sampai sekarang masih di gunakan dalam adat budaya Minangkabau.

Nah logo Rumbengk pun sebenarnya terinspirasi dari bendera Marawa ini, dan saya pun sangat menyukai warna merah, hitam dan kuning.
Back to perjalanan mudik kami ke kampung halaman tercinta.

Perjalanan 12 jam dari Bengkulu - Nagari Rao-Rao sangat mengasyikkan dan lumayan melelahkan. Berangkat jam 4 sore dari Bengkulu sampai di kampung jam 4 subuh. Bengkulu - Linggau - Muaro Bungo - Dharmasraya - Sijunjung - Sitangkai - Batusangkar - Sungai tarab - Nagari Rao-Rao 
Isi bensin Dexlite di beberapa tempat selama perjalanan ke daerah Sumbar. Di jalur lintas tengah, pom bensin banyak dan Alhamdulillah ada dexlite semua, beda jalur Lubuklinggau - Sekayu, Dexlite tidak ada. Salah satu ciri khas ketika masuk daerah Sumbar adalah tidak adanya Indomaret dan Alfamart

Nagari Rao-Rao, terletak di kecamatan Sungai Tarah, termasuk kabupaten Tanah Datar, Authentic Minangkabau. Yes, di Kabupaten Tanah Datar memang Authentic Minangkabau. Di Kabupaten Tanah Datar, ada istana Baso Pagaruyung, istana dari kerajaan Pagaruyung. Selain itu, Desa Pariangan menjadi salah satu desa tercantik di Dunia. Wajar, mereka Authentic Minangkabau.



Dan saya, sudah menyiapkan list apa saja yang harus saya lakukan saat pulang kampung ke Nagari Rao-Rao. Kami, berangkat dua hari mau lebaran, dan sampai sehari lebaran. Sempat sahur di daerah Dharmasraya, dan bisa berbuka dengan masakan ala Batusangkar

Hari pertama di Kampung Nagari Rao-Rao

Belanja persiapan lebaran di pasar Batusangkar.
Di kampung saya, hari balai itu hari Rabu dan Sabtu, jd selain itu kalau mau belanja keperluan dapur ya ke pasar di ibukota Kabupaten, Batusangkar, sekitar 15-20 menit perjalanan. Saya sengaja agak siangan ke pasar Batusangkar, biar sekalian beli makanan khas Tanah Datar untuk berbuka puasa.
Pasar nya sangat rame, dan saya pun gelap mata, semuanya hampir di beli.  Maklum kangen masakan kampung. Dan baru sadar saat sampai di rumah, sepupu saya bilang, saya beli kemahalan dan ga pakai tawar menawar pula hahahahaha tak apalah, namanya juga pulang kampung bagi rezeki buat orang kampung.
Menu berbuka hari terakhir puasa
Lemang tapai
Sambal Lado Tulang
Telur Orak Arik Kucai
Kerupuk Kulit
Goreng ikan asin
Sayur bayam bening
Masya Allah..sampai nambah dua piring.
Malamnya kita ikut takbir keliling dan main kembang api depan rumah.

Kerupuk jangek

Sambal Lado Tulang 



Hari ke dua malam takbiran di kampung

Lebaran Idul Fitri pun menghampiri, dan sholat Idul Fitri di kampung di mulai jam 7:30 WIB. Kalau di Bandung, jam 6 sudah mulai. Beda di Sumatera. Rencana mau jalan kaki ke lapangan gudang, dan ternyata itu jauh, jadi diputuskan naik mobil ramai-ramai ke sana. Oh ya di rumah selain sepupu saya, adik papa saya juga pulang kampung dari Teluk Kuantan, pak Martin. Jadi rame di rumah papa.

Siangnya, kami (saya dan keluarga adik saya, serta adik saya yang cewek) silatuhrami ke rumah bos adik saya ke Bukittinggi. Mumpung belum macet total. Sekitar hampir 45 menit perjalanan dari kampung saya ke Bukittinggi. Dari Bukittinggi, kita langsung ke Padang Panjang makan sate Mak syukur, setelah itu,  silatuhrahim lagi ke Pariaman. Sengaja hari Pertama jalannya jauh-jauh biar ga kena macet di beberapa titik.

Biasanya setiap liburan, terutama lebaran, banyak yang ingin liburan ke Bukittinggi, jadi ada beberapa titik jalan macet dan kadang suka di alihkan ke jalan lain karena hanya di buka satu jalur. Pokoknya kalau mau ke Bukittinggi, Jang datang saat jadwal liburan, crowded. Kecuali ingin merasakan bermacet-macet ria.

Dari Pariaman jam 1 dini hari, sampai di kampung saya jam 2:15. Sengaja ambil jalur Pariaman-Padang Panjang - Bukittinggi -Baso - Salimpaung - nagari Rao-Rao.

Oh ya hari pertama lebaran, saat kita mau ke baso, ban belakang kena kawat dan kembes total. Akhirnya ganti ban serep. Yang juga ternyata kurang angin. Ban depan juga kena sedikit, namun tak separah ban belakang. Di Bukittinggi hari pertama lebaran belum ada toko ban yang buka. 


Hari ke 3 Mencari Ban

Karena Ban serep juga kurang angin, dan ban depan pun seperti kena juga, maka diputuskan hari ke dua lebaran, kami ke Bukittinggi untuk beli Ban, biar pulang nanti enak bawa nya. Apa dikata, jalanan menuju Baso di ahlikan ke jalan Setapak yang seharusnya untuk satu jalur, dibuat menjadi dua jalur. Harus extra hati-hati. Pemandangan kiri kanan nya sawah terbentang. Keponakan saya suka karena mereka bisa melihat sawah dan kerbau dari dekat.

Yang biasanya hanya sekitar 40 menit ke Bukittinggi, malah menjadi 1 jam 20 menit. Macet hampir di semua ruas jalan Bukittinggi, apalagi daerah Jam Gadang. Jangan di tanya..macetttt
Sampai Di Bukittinggi, semua toko ban tutup dan terpaksa balik lagi ke Batusangkar. Dan kami pun terpaksa lewat Payakumbuh ke Batusangkar karena jalan menuju Baso di tutup. Mengandalkan GPS di malam jam 8 itu sesuatu dan luar biasa. Sampai di rumah jam 9:30 Malam. Lumayan keliling ga jelas demi mencari Ban.


Hari Ke 4

Hari ke 3 lebaran, saatnya jalan-jalan dan tetap cari ban serta isi angin ban ke Bukittinggi. Sengaja pergi lebih pagi biar ga kena macet, eh tetap aja macet  dan lewat jalur kemarin. Dan toko ban tutup. Terpaksa pulang lagi ke kampung. Dan pulang nya lewat jalur pergi. Entah kenapa saat pulang agak sedikit sangat ekstrim. Mungkin karena hujan, jalanan becek, dan mereka pun terpaksa buka tutup agar kendaraan bisa lewat di beberapa titik yang rawan longsor.  Kadang, kita suka lupa untuk beri jalan buat yang lewat, sudah tahu mobil Innova Reborn itu body nya bongsor, bukannya geser sedikit ke kiri itu sedan, eh malah berhenti agak ke tengah, ga mau geser ke kiri nya yang sedikit lapang, sehingga kita pun bingung bagaimana mau lewat, karena di sisi kiri itu sudah tak ada jalan.alhasil macet sampai di belakang. Mana lagi hujan, eh si bapak ga mau juga ngalah ke kiri nya yang menurut kita lumayan luas. Hadeh. Bukan masalah mobilnya bagus nanti takut lecet, tapi emang di sisi kiri sudah tak ada jalan , terus bagaimana kita mau jalan. Sekitar 10 menit, akhirnya pemuda yang membantu arus  jalan pun turun tangan, si bapak diminta geser sedikit dan kami pun bisa lewat.
Macet pun teratasi.


Hari ke 5 Mengejar Lontong 

Di kampung saya, ada lontong gulai yang enak Bana ,Namun harus pagi-pagi ke sana, kalau sudah jam 7 suka habis, karena etek tuh buka jam 5:30 WIB. Seperti saya yang pede datang jam 7, pas ke sana habis dah. Padahal dekat rumah tinggal loncat aja nyampe. 😂😂😂 Ok fine, besok akan lebih pagi lagi. 

Karena ke Bukittinggi macet, jadi diputuskan jalan -jalan ke Batusangkar, siapa tahu ada toko ban besar dan sudah buka, sekalian ngambil laundry an. Dan ternyata toko ban di Batusangkar sudah buka di hari kedua Lebaran 😱 . Tahu begitu mah ke Batusangkar saja. Mungkin karena selama ini berpikir, Bukittinggi adalah kotamadya, jd toko ban buka di hari pertama. Ternyata Batusangkar sudah menyediakannnya.

Harga Ban di batusangkar hanya beda sekitar 200rb an dengan harga Ban di Bengkulu. Isi angin dan cek Semua Ban mobil agar nanti saat pulang ke Bengkulu tinggal cus saja.

Hari ke 6 Masih Mengejar Lontong 

Kemarin telat beli lontong, jam 7 sudah habis. Jadi pagi ini, habis sholat subuh, sekitar jam 05:30 saya dengan semangat 45 menuju warung etek untuk beli lontong, pas nyampe di sana lontongnya belum di jemput, dan saya pun kebagian jaga warung lontong sambil nunggu lontongnya di jemput. Luar biasa itu etek (Tante) ...

Karupuk kuah Rao-Rao





Siangnya, kita ke Bukittinggi dan menginap dua malam di Bukittinggi dan dari bukittinggi nantinya kita langsung ke Bengkulu. Biasanya kita suka menginap di Novotel Bukittinggi, namun karena full, diputuskan menginap di Grand Rocky Bukittinggi (review hotelnya, di sini) 

sampai di Bukittinggi, lumayan macet juga dan bisa lewat Baso, bukan jalur exstrem kemarin. Langsung antar barang ke hotel. Dan pesan grab ke Jam Gadang. Jam Gadang masih macet, dan susah parkir. Tujuan kita ke Los Lambung, alias makan nasi Kapau di dekat pasar lereng.


Jadi Bukittinggi ada pasar atas, terus pasar Los Lambuang (Nasi Kapau) - pasar lereng (karena jalan nya lereng - pasar bawah.
Kalau pasar Atas, itu tempat beli oleh-oleh baik makanan atau pernak-pernik atau baju khas Bukittinggi. Di pasar Ateh, enaknya makan sate dan es dadiah, semacam yogurt ala Minang.
Selain itu di jam gadang bisa makan kerupuk kuah sate dan pensi. Uenak


Hari ke 7 Still di Bukittinggi

Hari ini tujuan kita ke ngarai Sianok dan bukit takuruang. Di ngarai sianok terkenal dengan itik Lado hijaunya, dan goreng pisang ala ngarai itu lamak Bana.
Jalan ke bukit takuruang lumayan sedikit terjal dan butuh extra hati-hati, as so far halamannya aspal dan mulus.


Hari ke 8, persiapan pulang ke Bengkulu

Dari Bukittinggi kita ke Padang panjang terus ke danau Singkarak langsung ke Solok ,Sijunjung dan balika ke Bengkulu. Itu rencana awalnya, dan saat makan siang di rumah makan pak Datuak di Padang Panjang, iseng buka @traveloka ngecek Emersia Hotel and Resort Batusangkar.
Sebenarnya ini hanya sekedar penasaran dengan hotel bintang 4 baru di Batusangkar. Dalam pikiran saya, owner nya ini antara gila atau emang  pingin bangun nagari ya sampai berani bangun hotel bintang 4 di Batusangkar yang belum menjadi primadona wisata seperti Bukittinggi dan Payakumbuh. Emang awesome itu owner nya. Ngecek di Traveloka, eh ternyata harga rate Emersia sesuai dengan harga dompet, jadi saya pesan satu kamar, pulang ke Bengkulu...ya diundur satu hari.


Hari ke 9, Emersia Batusangkar

Wah...awesome ini hotel, jadi kami pun perpanjang menginap di sana. Dan explore Batusangkar. Sepanjang usia saya, baru kali ini bisa explore kampung tercinta. Biasanya kalau pulang kampung hanya Rao-Rao - Batusangkar. Kali ini kami mengunjungi desa tercantik sedunia , desa Pariangan yang terletak di dekat kaki gunung Marapi, dan ternyata bisa mendaki gunung Marapi dari jalur desa Pariangan.
Di sana juga ada lokasi minum kopi kawa, daun kopi yang di rebus dan terasa seperti kopi, minuman khas tanah datar. Singgah sebentar sambil minum kopi kawa dan saya pun sempat beli pokat mentega kecil-kecil sebesar buah kedondong. Beli dua kilo dan ternyata kurang 2 kilo, pokat nya enak banget banget .
Hari Kamis, hari Balai atau hari Pasar Batusangkar dan saya sempat jalan-jalan mengunjungi pasarnya Batusangkar..wuihhh rasanya mau borong semuanya, terus dibawa ke rantau.



Di sini enak kopi kawa nya, Recommended



Hari ke 10, Balik lagi ke Bukitinggi

Seharusnya kita sudah mesti balik ke Bengkulu, namun karena ada sedikit yang harus di urus, balik lagi ke Bukittinggi, dan kali ini kami menginap di Novotel Bukittinggi. Dan malam nya kami sengaja duduk manis di jam Gadang sambil lihat air mancur menari. Keren euy..namun sayang, masih crowded di jam gadang, jadi hanya sebentar saja, balik lagi ke hotel.
Novotel Bukitinggi dekat sekali dengan Jam Gadang. Jadi bisa jalan kaki 5 menit nyampe deh.
Hari ke 11 Balik ke Bengkulu
Ini perjalanan terlama yang kami jalani, yup 11 hari balik kampung..11 hari mudik.. Awesome dah, dan sengaja tak beli oleh-oleh, mobil SDH crowded dengan baju kotor.
PendaDanaan selama Mudik? Lumayan untuk pengiritan selama setahun hahahahaha
Berangkat dari Bukitinggi jam 13:00 siang, masih kena macet di Padang Luar, jalur Bukittinggi -Padang Panjang, salah beli buka Mariana (buka nya dingin dan ga enak) , makan siang dipinggir danau Singkarak , makan malam pecel lele di muara Bungo dan Alhamdulillah akhirnya jam 4 subuh sampai dengan selamat di Bengkulu.




Nb: tulisan ini di selesaikan di hotel Novotel Palembang, dan jadi kepingin mudik lagi 😂😂😂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sustainable Living